Saturday, January 9, 2010

Etika

Sampai saat ini ditulis, saya berhenti menulis blog ini sejak september 2009 lalu. Tapi ternyata saya lihat dari statistic, hampir setiap hari ada pengunjung baru. Saya mengucapkan terima kasih atas interest nya. Saya jadi semangat lagi menulis blog ini.

Saya teringat, sebulan lalu saya mengikuti presentasi terkait dengan etika penulisan ilmiah. Sekarang saya sudah agak lupa detailnya. Tapi kesan saya pada saat itu adalah bahwa sedemikian repotnya etika diajarkan di Indonesia. Dalam hal ini, terkait adalah etika penulisan ilmiah: tidak boleh plagiat, kalau mengacu harus menyebutkan sumbernya dll. Saya sudah merasakan pahitnya pelangaran etika. Tulisan mantan bimbingan saya dan saya yang sudah matang di ambil dan di aku oleh pihak lain dan dipublikasi di Jurnal ilmiah India. Tapi saya tak punya bukti, waktu dan kesabaran untuk mengurus atau paling tidak menegur (buka front ??) pelaku pelanggar etika. Sedihnya pelaku tersebut adalah senior saya pada waktu saya S1 dulu. Saya juga ingat kolega saya di BATAN pernah "bingung" ketika pulang dari S3 di Inggris bertanya kepada kolega lain yang S2 ITB: Mengapa hasil penelitiannya tidak di pasang di dinding. Alasannya: takut di plagiat. Kolega S3 tersebut bingung. Saya paham kebingungannya karena di negara maju para ilmuwannya biasa menampilkan hasil kerjanya dengan tujuan untuk menjalin kerja sama / tukar menukar informasi (menyebut sumber bila dipublikasi). Mereka tidak mengakui pekerjaan orang lain sebagai pekerjaan miliknya sendiri. Saya juga pernah mundur sebagai kepala kelompok karena saya merasa tidak bisa menjaga data anak buah saya diaku oleh orang lain sebagai milik orang itu dengan cara mempublikasikannya tanpa co-authorship ataupun acknowledgement ataupun persetujuan yang bersangkutan. Oknum tersebut adalah tamatan S3 luar negeri dan pernah mendapat penghargaan Toray award dari Jepang. Apakah tidak terpikir sedikitpun: bagaimana jika hal sebaliknya yang terjadi ? Siapa yang senang tulisannya dibajak ?

Kesan saya sampai saat ini : di Indonesia, etika (termasuk masalah plagiat) di ajarkan; sementara di negara maju, etika diterapkan. Saya kuatir, etika diajarkan untuk memperoleh uang proyek dan yang hadir pada seminar semacam itu bermotivasi untuk mensiasati keadaan. Selama 5,5 tahun di Amerika, saya tidak pernah di ceramahi mengenai etika penulisan. Saya hanya ingat pernah belajar mengenai etika penulisan ilmiah pada saat belajar bahasa Inggris di awal kuliah S2 di Amerika. Mudah-mudahan saya tidak pernah dan tidak akan meng-aku-kan pekerjaan orang lain sebagai pekerjaan saya. Mudah-mudahan saya selalu punya rasa terimakasih untuk selalu menyebut sumber dalam tulisan saya. Saya minta maaf jika tulisan ini menyinggung pihak tertentu. Saya hanya ingin mengingatkan pada generasi muda bahwa kita hidup bukan dalam rimba belantara. Kita perlu etika untuk bisa saling bekerja sama. Tanpa etika, kita akan kapok berinteraksi. Kerja tanpa interaksi yang baik tidak akan membuahkan hasil yang besar. Dalam banyak hal, hasilnya bisa saling meniadakan padahal kita keluar tenaga/pikiran/waktu sama besarnya (bisa jadi lebih besar jika hal non teknis dimasukkan) dengan kolega kita di negara maju.