Saturday, September 24, 2016

Disertasi S3 lawas: Magnetic Neutron Diffraction on Uranium Intermetallics

Tahun 1994, saat saya masih berusaha memahami teknik difraksi neutron saat penelitian S3 di Los Alamos National Lab. Amerika, Bertram N. Brockhouse dan Clifford G. Shull memperoleh hadiah Nobel. Hadiah tersebut diberikan untuk kontribusi pelopor dalam teknik hamburan neutron untuk zat mampat. Setengah hadiah nobel diberikan pada Bertram N. Brockhouse untuk pengembangan spektroskopi neutron. Alatnya menggunakan 3-Axis Spectrometer. Setengah lagi diberikan pada Clifford G. Shull untuk pengembangan teknik difraksi neutron.

Sampai saat ini, teknik difraksi neutron masih merupakan salah satu teknik terpenting untuk menentukan struktur magnetik. "Kebetulan", Indonesia mempunyai peralatan serupa dengan yang dipakai oleh Clifford G. Shull. Alat itu ada di Badan Tenaga Nuklir Nasional. Namun sampai saat ini, tidak banyak yang mensyukuri keberadaan alat itu sehingga mau menggunakannya. Padahal, artikel ilmiah internasional berbasis alat tersebut relatif mudah di publikasi di jurnal ilmiah internasional dibandingkan dengan alat lain. Alasan utamanya adalah karena informasinya sangat mikroskopik dan lengkap sementara alat itu juga tergolong jarang di dunia ini. Selain itu, saat ini pemerintah sedang menggalakkan publikasi ilmiah internasional sehingga ada hibah publikasi ilmiah internasional.

Dulu, kita punya almarhum Prof. Marsongkohadi yang konsisten menggunakan dan mengajarkan teknik ini pada mahasiswa ITB. Beliau termasuk perintis fasilitas tersebut di BATAN. Tapi sekarang, kita tidak lagi punya seseorang yang konsisten menggunakan, mempublikasi dan mengajarkan teknik tersebut di bangku kuliah. Reaktor di BATAN tersebut sudah tergolong tua. Fasilitas hamburan neutron di BATAN pun sudah tua. Kalau reaktor sudah berhenti, dan tidak ada user yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas, maka bisa jadi tidak akan ada lagi fasilitas hamburan neutron di Indonesia. Saya pribadi menyarankan agar para stake holder membuat sistem sehingga pemanfaatan teknik tersebut lebih terjamin sebelum nantinya fasilitas tersebut hilang dan kita hanya bisa menyesalinya. Segala sesuatu yang baik asalkan ditekuni, pasti akan berbuah baik. Korea Selatan, yang dulunya bersamaan dengan Indonesia memulai fasilitas hamburan neutron (Indonesia beli dari Jepang dan Korea membuat dari scratch), sekarang sudah menjadi pemenang tender pembangkit tenaga nuklir Barakah di United Arab Emirat (https://en.wikipedia.org/wiki/Barakah_nuclear_power_plant).
Menurut sumber yang saya bisa percaya, salah satu lawan tendernya adalah Perancis yang sudah lebih dulu bermain di pembangkit listrik tenaga nuklir.

Sebagai upaya untuk lebih mendekatkan pada teknik difraksi neutron untuk ilmu bahan terutama bahan magnetik, silahkan mendownload dan membaca disertasi saya yang diselesaikan 2 tahun setelah penganugerahan hadial Nobel di atas. Linknya adalah
http://metrology-microanalysis.com/dissertation.pdf

Semoga, ilmu yang saya peroleh tidak hanya untuk saya bawa mati.